Wednesday, February 25, 2009

Musibah Tanda Kasih Allah Ta'ala


Dalam melalui sisa2 kehidupan di dunia ini, memang menjadi lumrah bagi seseorang manusia itu untuk didatangkan dengan bermacam musibah. Adakalanya terlalu berat untuk dihadapi hinggakan hampi2 kita tersungkur rebah. Mujurla iman secebis yang masih bersisa membisikkan kembali kata2 pengharapan. Jika tidak kerana iman yang masih bersisa pastilah sudah terjerumus ke lembah kemaksiatan.

Berapa ramai orang yang ketika ditimpakan Allah SWT dengan suatu macam musibah menerimanya dengan negatif. Musibah yang menimpa itu dianggap sebagai sengaja untuk menyeksa dirinya lantas ia membenci Tuhan dan menuduh tidak bersifat Adil dan Kasih pada dirinya. Malah lebih teruk lagi hingga sanggup menolak semua sifat2 suci kemuliaan Allah Ta'ala dan tanpa segan silu meninggalkan ketaatan serta melakukan kemaksiatan.

Sikap sebegini adalah sikap yang salah dan sangat membahayakan diri. Orang2 yang tiada iman dihatinya akan mudah sekali terpesong, waktu ujian menimpa hatinya menjadi gelisah, kacau lalu datanglah bermacam persoalan dalam hatinya yang berkecamuk menambahkan lagi parah penyakit dalam rohaninya. Semakin menderitalah jiwanya, mula mencari ketenangan dalam jalan rekaannya sendiri yang akhirnya memakan diri. Orang seperti ini akan rugi baik di dunia mahupun di akhirat.

Namun begitu, terdapat juga sebahagian manusia yang memandang musibah itu dengan positif dan menerimanya dengan hati yang terbuka. Tiada sedikitpun dihatinya rasa kecewa dan segala macam lagi perasaan negatif. Apatah lagi tuduhan-tuduhan buruk yang dilemparkan pada Tuhannya. Tiada sedikitpun rasa marah di hatinya terhadap penderitaan yang ditanggungnya. Sebaliknya yakin ada hikmah yang tersembunyi yang telah Allah Ta'ala nantikan buatnya.

Hatinya merasa tenang walau diuji dengan penderitaan.Padanya hanya Tuhan lah selayaknya tempat untuk mengadu dan bergantung harap.Tatkala orang lain sibuk menangisi nasib dia pula sibuk dengan merintih pada Tuhannya memohon kekuatan dan ketetapan iman. Ujian yang tiba rupanya membawanya lebih dekat dengan Tuhannya. Semakin berat dugaan yang tiba semakin bertambah keyakinan/keimanannya pada Allah Ta'ala. Hinggakan dia merasakan rindu pada musibah disaat dia kesenangan, takut dengan nikmat yang dirisaukan akan membunuh rasa cintanya pada Tuhan.

Begitulah yang berlaku pada mereka yang tinggi keimanannya,seperti iman para nabi, rasul,para sahabat, salafussoleh,para auliya' dan ulama2 serta insan2 yang tinggi darjatnya di sisi Allah Ta'ala. Segala2 yang menimpa pada diri dikembalikan pada Allah Ta'ala. Matlamat penghidupan mereka hanyalah untuk meraih cinta dan keredhaanNya. Kehidupan yang dilalui penuh dengan penderitaan yang tidak sebanding langsung dengan apa yang kita alami kini.

Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: "Luar biasa betul keadaan orang-orang yang beriman, semua urusannya adalah kebaikan. Tidak ada manusia yang menyamai orang yang beriman apabila ia beroleh kesenangan ia bersyukur, maka ia mendapat balasan pahala. Apabila ia ditimpa musibah, lalu ia bersabar, maka ia diberikan pahala." (HR Muslim)

Hakikatnya, setiap musibah yang datang itulah sebenarnya tanda kasih syang Allah Ta'ala pada kita hambaNya. Setiap musibah yang datang sebenarnya tanda Allah Ta'ala merindukan kita dan mahu kita dekat padaNya. Kadangkala didatangkan derita sebagai peringatan untuk kita meninggalkn maksiat dan kembali padaNya. Kadangkala disakitkannya pula kita agar kita merintih dan mengadu kesakitan itu hanya padaNya. Begitulah nilai kasih Allah Ta'ala yang tak ternilai dan tak terucap dengan sebarang kata2. Bagaimana mungkin Sang Ar Rahman dan Ar Rahim yng memiliki dan menciptakan segenap rasa kasih dan sayang menyiksa makhluk2 yang paling dikasihiNya?

Oleh itu ingatlah sentiasa dalam jauh lubuk hati ini tanamkan, walau sebesar mana pun ujian yang hadir,walau apa pun yang menimpa kita dalam hidup ini hendaklah kita kembali pada agama,kembali mendapatkan iman dan kembalilah pada Allah Ta'ala. Disitulah ketenangan sebenar yang akan kita temui akhirnya. Ketenangan yang Hakiki yang tidak akan pernah mengecewakan.




لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَا‌ۚ لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَعَلَيۡہَا مَا ٱكۡتَسَبَتۡ‌ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذۡنَآ إِن نَّسِينَآ أَوۡ أَخۡطَأۡنَا‌ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ عَلَيۡنَآ إِصۡرً۬ا كَمَا حَمَلۡتَهُ ۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِنَا‌ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلۡنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ‌ۖ وَٱعۡفُ عَنَّا وَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَآ‌ۚ أَنتَ مَوۡلَٮٰنَا فَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡڪَـٰفِرِينَ (٢٨٦

Allah tidak memberati seseorang melainkan apa yang terdaya olehnya. Dia mendapat pahala kebaikan yang diusahakannya dan dia juga menanggung dosa kejahatan yang diusahakannya. (Mereka berdoa dengan berkata): Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau mengirakan kami salah jika kami lupa atau kami tersalah. Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau bebankan kepada kami bebanan yang berat sebagaimana yang telah Engkau bebankan kepada orang-orang yang terdahulu daripada kami. Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tidak terdaya memikulnya dan maafkanlah kesalahan kami, serta ampunkanlah dosa kami dan berilah rahmat kepada kami. Engkaulah Penolong kami; oleh itu, tolonglah kami untuk mencapai kemenangan terhadap kaum-kaum yang kafir. (Al Baqarah, 286)

No comments: